Gubernur Berupaya Tingkatkan PAD, Singkong Maluku Utara Bisa Dioptimalkan

JAKARTA, SP – Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos secara terbuka menyampaikan kondisi fiskal wilayahnya yang dinilai masih sangat lemah. Provinsi Maluku Utara perlu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari aktivitas di luar tambang. Untuk itu, potensi perikanan dan pertanian perlu dioptimalkan, salah satunya singkong (kasbi).

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi II DPR, Kementerian Dalam Negeri, serta sejumlah kepala daerah di Kompleks DPR RI, Jakarta, pekan lalu, Sherly menyatakan struktur pendapatan daerahnya belum menunjukkan pertumbuhan signifikan. Ketergantungan terhadap dana transfer dari pemerintah pusat masih tinggi, sementara semua Dana Alokasi Umum (DAU) terserap untuk belanja pegawai.

“Kondisi fiskal kami sangat lemah. Seluruh DAU yang kami terima habis untuk belanja pegawai. Kami benar-benar bergantung pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH) untuk pembiayaan operasional,” ungkap Sherly, dalam akun Tiktok @sherlytjoanda yang banyak beredar sejak pekan lalu.

Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Maluku Utara, menurut Sherly, dituntut berpikir di luar kebiasaan guna meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Salah satu langkah strategis yang direncanakan adalah mendorong pertumbuhan PAD secara kreatif dan inovatif.

Seperti diketahui, pertumbuhan dua digit selalu dilabelkan pada Maluku Utara. Tahun 2024, provinsi kepulauan ini mencatatkan pertumbuhan 13,7 persen. Nomor satu se-Indonesia. Hilirisasi nikel sejak 2019 menjadi pendorong utamanya. Ironisnya, sektor mineral tumbuh, sementara sektor tradisional seperti pertanian, perikanan, dan perkebunan tertekan. Kondisi ini pun menjadi kekhawatiran Sherly dan mengingatkan jika sumber daya alam (SDA) habis.

“Ketika sumber daya alam habis maka perlu ada diversifikasi potensi pertanian dan perikanan dalam skala ekonomis yang bagus,” ujarnya.

Sejalan dengan wilayah Maluku Utara yang didominasi perairan maka sektor perikanan harus menjadi prioritas. Kemudian sektor pertanian dan perkebunan juga perlu dikembangkan agar bisa meningkatkan PAD dan berdampak pada masyarakat. Adapun kelapa, singkong dan komoditas lainnya bisa berkontribusi meningkatkan ekonomi lokal.

Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) memberi apresiasi atas rencana Gubernur Sherly memperkuat sektor pertanian dan mengharapkan singkong (kasbi) bisa dioptimalkan. Komoditas ini bisa memenuhi kebutuhan pangan karena akrab dengan masyarakat Maluku serta Indonesia Timur lainnya. Di sisi lain, bisa diolah untuk meningkatkan nilai tambah guna memenuhi kebutuhan setempat.

Sekjen MSI Heri Soba mengatakan potensi singkong sebagai sumber pangan dan industri di Maluku Utara sangat bagus. Aktivitas ekonomi dari singkong pun bisa melibatkan banyak pihak, termasuk masyarakat/petani dan tenaga kerja langsung.

“Bisa untuk pangan, tetapi juga memenuhi kebutuhan industri. Salah satunya tapioka yang selama ini didatangkan dari luar Maluku Utara. Bisa saja nanti untuk pasar Maluku Papua lainnya,” ujar Heri dalam keterangannya, Senin (5/5/2025).

Menurut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, potensi singkong sangat besar karena pernah ada pabrik tapioka di Halmahera Utara. Sayangnya, pabrik tersebut berhenti operasi karena ada sejumlah kendala yang sebenarnya bisa diatasi bersama.

“Gubernur Sherly punya komitmen mengembangkan perikanan dan pertanian untuk mendongkrak PAD. Lah, di sana ada pabrik tapioka malah berhenti beroperasi. Padahal, setahu saya yang mengikuti perkembangan singkong dan industri olahan, pabrik itu sudah pernah beroperasi tetapi akhirnya berhenti. Ini bisa difungsikan lagi sesuai harapan dari Gubernur Sherly,” ujar Heri. [PR/SP]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*