Apresiasi Putri Ariani, Netizen Perlu Obyektif dan Simak Perjuangan Disabilitas

Putri Ariani meraih Golden Buzzer dalam ajang America's Got Talent.

JAKARTA, SP – Prestasi mendunia yang ditorehkan Putri Ariani dengan meraih Golden Buzzer dalam ajang America’s Got Talent, baru-baru ini telah menuai decak kagum berbagai kalangan. Musisi tunanetra ini menyita perhatian banyak orang dan layak menjadi ikon inspiratif.

“Kami bangga atas pencapaian Putri. Namun di sisi lain kami prihatin dengan sikap masyarakat, terutama netizen yang suka membanding-bandingkan. Menggeneralisir penyandang disabilitas seharusnya bisa seperti Putri,” tukas Ketua 1 DPP Perkumpulan Tunanetra Kristiani Indonesia (Petki) Synthia Montolalu, di Jakarta, Selasa (13/6).

Dia mencermati merebaknya komentar negatif netizen di akun media sosial milik penyandang disabilitas, khususnya tunanetra. “Netizen itu asal berkomentar, kesannya memojokan, membandingkan prestasi Putri dengan penyandang tunanetra lainnya. Mereka tidak paham, banyak tunanetra yang tidak seberuntung Putri, yang punya support system keluarga yang bagus,” ujar ASN ini.

Synthia balik menanyakan, apa kontribusi para komentator nyinyir tersebut. “Hidup kami tidak mudah, butuh perjuangan ekstra keras dalam hal apapun. Alih-alih mendukung, yang terjadi malah sebaliknya,” gerutunya.

Gufroni Sakaril, Ketua Dewan Pertimbangan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) meyakini pencapaian gemilang Putri Ariani melalui proses yang panjang dan tidak mudah. Putri menginspirasi siapa pun, terutama kaum tunanetra. Paling tidak, kerja keras dan semangatnya pantas ditiru.

“Namun, tidak adil juga membanding-bandingkan prestasi seseorang karena tiap orang punya latar belakang keluarga, pendidikan, potensi serta hal lainnya yang beragam, dan sangat mungkin berbeda,” ujarnya.

Guna mendukung potensi tunanetra, ia minta pemerintah membuka keran yang akses dan setara. “Perbanyak lembaga pendidikan inklusi, juga akses pekerjaan formal. Sampai saat ini jumlah tunanetra yang bersekolah umum dan bekerja formal jau lebih sedikit dari yang sebaliknya,” tandasnya.

Terkait kritik netizen, psikolog klinis Alexandra Gabriella berharap penyandang disabilitas tak perlu risau. “Daripada memikirkan apa kata netizen, lebih baik fokus pada potensi dan kelebihan. Kerja keras mengalahkan segalanya, dan tidak akan mengingkari hasil. Netizen itu juga tidak paham kondisi latar belakang dan lingkungan penyandang disabilitas beraktivitas,” katanya.

Untuk memacu motivasi, sambung Alexandra, boleh saja ditimbulkan rasa iri. “Rasa iri bisa berubah positif, jika melihat orang yang menginspirasi, seseorang jadi tergerak untuk melakukan yang terbaik. Namun standar penilaian dalam melakukan sesuatu ketika seseorang mengalami disabilitas, harus disesuaikan. Berikan yang terbaik tapi harus proporsional,” sarannya.

Psikolog yang juga konsultan PT Esensi Mitra Solusi, FP Dwi Ani Fegda menekankan pentingnya kemandirian penyandang disabilitas. “Putri Ariani memang membanggakan. Tapi tiap orang punya cara dan jalan meraih sukses. Yang terpenting, bagaimana bisa mandiri, tidak banyak bergantung pada orang lain, punya penghasilan, dan mampu mencukupi hidup. Tuhan telah mengaruniakan potensi, kembangkanlah bakat dan minat. Pergunakanlah kesempatan yang ada,” pintanya. [IH]

Advertorial
IPBCommunication melayani berbagai jasa, seperti komunikasi (government/ community/private), media/public relation, promosi, business intelligent, analisis media hingga crisis management. Didukung dengan tim profesional, berpengalaman luas dalam komunikasi dan pernah berkarir di sejumlah media nasional/internasional. Info lebih rinci bisa hubungi 081356564448 atau agrifood.id@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*