Potensi Kawasan Transmigrasi Masih Besar, Wamentrans Dorong Swasembada Sapi

JAKARTA, SP – Potensi pengembangan sapi untuk daging dan susu (sapi perah) di kawasan transmigrasi masih sangat besar. Selain optimalisasi lahan, sumber daya manusia (SDM) transmigrasi bisa menjadi pendorong bersama masyarakat lokal.
Demikian salah satu pembahasan yang mengemuka dalam webinar yang digelar Maporina (Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia) pada Jumat (17/01/2025) dengan Keynote Speaker Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi.

Diskusi dibuka oleh Ketua Umum Maporina Subandriyo itu menghadirkan narasumber Drh Olan Sebastian MM yang juga CEO PT Caturnawa Mitratani Nusantara, Prof Dr Ali Agus yang juga Guru Besar Fakultas Peternakan UGM. Adapun tema diskusi adalah Menuju Swasembada Daging untuk Indonesia Emas 2045 dengan moderator Zulfikar Mubarok.

Selain dihadiri jejaring Maporina, para praktisi dan pemerhati, webinar Maporina juga diikuti perwakilan dari Papua Youth Creative Hub (PYCH) Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya yang juga putra daerah Tambrauw, Daud Amnan dan rekan-rekannya. PYCH ini merupakan pengembangan dari perkumpulan Papua Muda Inspiratif (PMI) yang dipimpin Willy Mambrasar (Mantan Staf Khusus Presiden Joko Widodo) guna menghimpun dan memberdayakan para pemuda-pemudi se-Papua.

Baca : Pemuda Papua Barat Garap Pertanian, Tambrauw dan Fakfak Jadi Model Kolaborasi

Dalam sambutannya Viva Yoga menjelaskan komitmen pemerintahan saat ini sangat besar untuk mengupayakan swasembada sapi, bagi untuk daging dan susu. Salah satu potensi tersebut adalah di kawasan transmigrasi yang sebenarnya bisa dioptimalkan untuk pemenuhan pangan, termasuk peternakan sapi.

Baca : Terbukti, IB Galician Blond Asal Spanyol Jadi Solusi Kebutuhan Sapi di Indonesia

Olan Sebastian selaku praktisi dan cukup memahami pengembangan sapi, menjelaskan bahwa kawasan transmigrasi sangat bisa untuk dikembangkan peternakan. Ketersediaan lahan dan SDM merupakan faktor pendukung, kemudian didukung dengan bibit (benih) sapi, kolaborasi dengan investor/swasta.

“Potensi masih sangat besar, tapi harus ada payung kebijakan yang kuat. Ini akan memudahkan karena lahan masih luas untuk peternakan dan pengembangan pakan, seperti jagung, sorgum dan lainnya. Kami buat analisa dan hitungannya, ternyata sangat menguntungkan,” ujar dokter hewan jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Dia menjelaskan, dirinya sudah menjajaki lahan transmigrasi di Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya, dan Papua Selatan. Demikian juga di Sulawesi Barat dan sejumlah wilayah di Kalimantan.

“Kita bisa kembangkan model kemitraan dengan warga transmigrasi dan masyarakat setempat. Ini akan menggerakkan semua aspek maka hasilnya swasembada sapi dan kesejahteraan rakyat,” tegasnya.

Sementara itu, Prof Dr Ali Agus yang juga staf ahli Menteri Pertanian menjelaskan pihaknya tengah menggodok peta jalan, kebijakan dan strategi untuk percepatan pemenuhan kebutuhan sapi di dalam negeri. [PR/SP]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*