BANDAR LAMPUNG, SP – Ajakan melakukan aksi protes besar-besaran dari petani singkong di Provinsi Lampung terus bergulir di sejumlah media sosial sejak pekan lalu. Hal itu menyusul anjloknya harga singkong di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung Utara, Lampung Timur, dan Mesuji.
Reaksi para petani yang terus bergulir ini juga sepertinya mengikuti protes “mandi susu” para peternak sapi perah di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada awal November 2024 lalu. Aksi mandi susu sebagai protes tidak terserapnya susu produksi peternak sapi perah lokal itu berbuah perubahan kebijakan kementerian hingga keluarnya Peraturan Presiden.
Sebagaimana peternak susu yang selama ini terkesan diam, para petani singkong pun pelan-pelan bergerak setelah anjloknya harga yang menyentuh Rp 700 per kilogram.
Seperti diberitakan kabarpangan.com, sejak Minggu (8/12/2024) beredar kabar rencana demo mulai Senin (9/12/2024) di Tubaba, kemudian ajakan aksi besar-besaran untuk semua petani Lampung Utara pada Kamis (12/12/2024).
Baca : Polres Pelabuhan Tanjung Priok Gagalkan Peredaran 60 Kg Ganja dan Ratusan Butir Ekstasi
Kelompok yang menamakan diri Persatuan Petani Singkong Lampung Utara menyerukan bahwa pelaksanaan aksi pada hari Kamis dengan target masa aksi 1.000-2.000 orang. Dengan kondisi petani yang terpuruk, sejumlah kalangan memperkirakan aksi akan meluas dan bisa melibatkan 5.000 petani dan para sopir truk. Adapun rute aksi akan melalui kantor pemerintah daerah, kantor DPRD, dan pabrik Sinar Laut.
Kemarin, Senin (9/12/2024), di depan perusahaan PT Bumi Waras (BW) Tiyuh (Desa) Penumangan, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tubaba, masyarakat menuntut perusahaan terkait rendahnya harga beli singkong (ubi kayu) dan mendesak menaikan harga beli. Selain itu, petani meminta turunkan potongan kadar air (%) singkong, memperbaiki timbangan dan penggunaan timbangan digital.
Willy sebagai wakil perusahaan dalam group PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BWSSW) menerima para petani. Namun, tidak bisa memastikan karena keputusan harga ditentukan manajemen pusat.
Andika selaku koordinator aksi menjelaskan pihak perusahaan menurunkan harga singkong semaunya saja. “Kami petani singkong melakukan hal ini karena pihak perusahaan ini sepertinya sudah semaunya menurunkan harga singkong,” tegasnya.
Selain Tubaba, anjloknya harga singkong juga terjadi di Lampung Timur, Mesuji, dan Lampung Utara sejak beberapa pekan terakhir. Di Lampung Timur, harga singkong milik petani di Kecamatan Sukadana hanya mencapai Rp 1.225 per kg (lapak/tengkulak) dengan potongan 25 persen sehingga petani hanya terima Rp 750 per kg. Sedangkan di Kecamatan Batanghari Nuban, pabrik Florindo Makmur membeli singkong dengan harga Rp 1.070 per kg dengan potongan 15 persen.
Baca : Pemerintah Harus Gugat Australia Atas Kerusakan Lingkungan Akibat Tragedi Montara
Menurut petani singkong Tan Malaka, harga singkong yang rendah ini membuat mereka merugi karena harga minimal yang diterima petani seharusnya Rp 1.000 per kg. “Kami hanya bisa pasrah,” ujar Tan Malaka. Sabtu (7/12/2024).
Petani lainnya, Udin, mengatakan harga singkong yang turun drastis disertai potongan besar membuat petani kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka berharap pemerintah pusat dan daerah segera membantu mengatasi permasalahan dan perlu stabilisasi harga singkong.
Para petani yang sudah mulai putus asa, mengorganisir diri untuk melakukan aksi. Hal ini sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Aksi ribuan petani singkong dan mengarah pada tindakan anarkis pernah terjadi di beberapa wilayah di Lampung pada tahun 2018 dan 2022 lalu. Adapun tuntutannya tidak jauh berbeda yakni menaikkan harga singkong dan berharap potongan dari pabrik tapioka yang tidak terlalu besar. [SP-04]
Leave a Reply