Dukung Sentra Beras, Anggota DPRD Barru Apresiasi Tradisi Mappalili

Ilustrasi lahan sawah di Barru, Sulsel.

BARRU, SP – Anggota DPRD Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Herman Jaya, mendorong pengembangan berbagai potensi pertanian, termasuk menjadikan wilayah tersebut sebagai sentra beras. Untuk itu, berbagai potensi dan para pihak yang terkait perlu secara bersama membangun Barru.

Herman menekankan bahwa lahan yang luas dan sumber daya pendukung di Barru bisa lebih dioptimalkan lagi untuk mewujudkan Barru sebagai sentra beras. Penguatan menuju sentra beras itu guna melengkapi potensi yang selama ini sudah mulai berkembang, seperti hortikultura (buah-buahan dan lainnya).

“Potensi dan berbagai program yang sudah ada perlu terus ditingkatkan. Sulawesi Selatan itu pemasok beras nasional dan Barru harus bisa menjadi salah satu sentra produksi,” jelasnya, Senin (14/10/2024).

Baca : Dies Natalis ke-60, Dari Award 2024 Hingga Deklarasi Fateta untuk Indonesia

Dikatakan, semakin luas tanam dan produksinya, diharapkan kesejahteraan para petani atau penggarap pun semakin meningkat. Banyak sektor-sektor lain akan ikut bergerak sehingga aktivitas ekonomi bertumbuh. Kabupaten Barru memiliki potensi pertanian yang luar biasa karena terdapat kecocokan tanah yang terbukti subur. Kabupaten ini dinilai mampu menjadi wilayah penyangga karena dikelilingi persawahan dan perkebunan.

Terkait dengan itu, Herman juga memberi apresiasi khusus atas upacara Mappalili atau Turun Sawah untuk musim tanam 2024/2025 dan 2025 di sawah adat Larumpia, Lingkungan Mangempang, Kelurahan Mangempang, Barru. Tradisi Mappalili merupakan warisan leluhur yang dilakukan untuk memulai musim tanam dan diawali dengan prosesi tudang sipulung.

Baca : Mentan Bidik 50 Ribu Petani Muda Dapat Alsintan

Bupati Barru, Ir H Suardi Saleh, yang menghadiri acara itu menegaskan pentingnya menjaga tradisi ini sebagai wujud memohon perlindungan kepada Allah SWT agar pertanian terhindar dari serangan hama dan gangguan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

“Mappalili dalam bahasa Bugis artinya Isaluwuri, yang berarti memagari, menjaga agar pertanian kita aman dan hasilnya melimpah serta berkah,” jelasnya, Kamis (10/10/2024).

Dikatakan, kesepakatan melalui tudang sipulung menjadi dasar kebersamaan dalam bertani. Ia menggarisbawahi pentingnya menyepakati waktu turun sawah, jenis varietas yang digunakan, pemupukan berimbang, hingga antisipasi terhadap hama.
“Kesepakatan ini penting untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, serta harus dijalankan bersama,” tegasnya.

Suardi Saleh memaparkan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani, salah satunya melalui program luas tambah tanam. Program ini memungkinkan peningkatan jumlah siklus tanam tanpa perlu memperluas lahan, dari satu kali tanam menjadi dua kali, tiga kali, bahkan empat kali. Dukungan pemerintah, seperti mekanisasi pertanian dan irigasi optimal, menjadi kunci keberhasilan program tersebut.

Atas upaya Pemkab Barru, Herman terus mengajak berbagai pihak menjaga dan terus mengembangkan berbagai pencapaian yang sudah ada. Masyarakat dan pemerintah juga diminta terus menjalin sinergi agar tekad menjadikan sentra beras bisa terwujud. “Dukungan sarana dan teknologi sangat diperlukan. Namun kebersamaan dan menjaga tradisi itu merupakan keharusan untuk saling bersinergi,” tegas mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (Himapikani) ini. [SP-03]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*