HAF IPB Bangun Kolaborasi, Teknologi Pertanian Menopang Asta Cita Prabowo

BOGOR, SP – Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB University (HAF IPB) terus membangun kolaborasi berbagai pihak untuk memberikan solusi pangan Indonesia. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Soebianto dalam Asta Cita yang menekankan pertanian sebagai garda terdepan.

Ketua Umum HAF IPB Luhur Budijarso menegaskan Fakultas Tekonologi Pertanian (Fateta) dan para alumninya berada di garis depan dalam mendorong sinergi antara riset, inovasi teknologi, dan kebutuhan nyata di lapangan.

Demikian keterangan tertulis HAF IPB pada Minggu (15/6/2025), sebagai rangkuman atas diskusi akademik nasional dengan tema Mengkaji Ulang Arah Keilmuan dan Teknologi
Pangan serta Pertanian untuk Menjawab Tantangan Pembangunan Nasional.

Diskusi yang digelar pada Senin (9/6/2025) itu juga dibuka dengan sambutan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto dan pembicara kunci Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Idha Widi Arsanti. Hadir sejumlah narasumber dari pemerintahan, dunia usaha, akademisi senior, dekan dan pimpinan Fateta IPB University, para alumni dan jajaran HA-F IPB.

Dikatakan, HAF sebagai perkumpulan alumni Fateta merasa perlu menyelenggarakan diskusi ilmiah sejalan dengan semakin besarnya kebutuhan teknologi pertanian untuk masyarakat, industri dan menopang program-program pemerintah. Diskusi tersebut adalah bagian dari upaya kolaborasi dalam memperkuat hubungan harmonis antara alumni, akademisi dan dunia industri hingga pemerintah.

“Saat ini kita menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan pemerintahan Pak Prabowo melalui Asta Cita menekankan betapa pertanian ini menjadi garda terdepan,” ujar Luhur.

HAF menyadari bahwa teknologi pertanian berperan sangat penting dalam menjawab tantangan tersebut. Mulai dari perubahan iklim, ketimpangan produktivitas, nilai tambah, hingga regenerasi petani. Teknologi menjadi fondasi bagi terwujudnya pertanian modern, efisien, dan berkelanjutan, serta kunci bagi sistem pangan nasional agar lebih tangguh dan mandiri.

Mendiktisaintek Brian Yuliarto memberi respons khusus terkait diskusi yang digelar HAF IPB karena berkaitan erat dengan pangan dan tantangan global, termasuk perubahan iklim. Untuk itu perlu pendekatan sistematik, berbasis data, berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan berkeadilan sosial. Hal ini juga diperkuat dengan integrasi riset, pendidikan, dan inovasi teknologi.

“Kita ingin memastikan bahwa sistem pangan dan pertanian dapat dibangun atas kolaborasi kuat dari akademisi, pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat. Kuncinya adalah sinergi lintas dispilin dan kemitraan yang kokoh,” ujar Brian.

Idha Widi Arsanti yang mewakili Menteri Pertanian Amran Sulaiman mempertegas relevansi teknologi pertanian dan program pemerintah. Keterkaitan strategi situ seperti program makan bergizi gratis, penguatan vokasional, hilirisasi agroindustri, hingga kemandirian pangan berbasis sumber daya lokal.

Dikatakan, arahan Presiden Prabowo sangat jelas bahwa Indonesia harus mempersipakan diri menjadi lumbung pangan dunia. Untuk mencapainya, dibutuhkan reformasi pertanian melalui penerapan teknologi, hilirisasi produksi, dan penguatan kelembagaan petani.

Dia mengakui, Kementan selama ini telah menjalin kemitraan erat dengan Fateta IPB. Salah satunya dalam pendirian Politeknik Engineering Pertanian Indonesia yang telah beroperasi empat tahun. Hal ini didukung penuh para dosen Fateta IPB sebagai pengajar maupun penyusun kurikulum. [PR/SP/KP]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*