Cegah ASF, Beri Insentif Peternak yang Menguburkan Bangkai Babi

Edukasi pencegahan ASF di Sumba Timur (Ist)

Kupang, SP – Kewaspadaan terhadap virus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) harus terus ditingkatkan. Bagi peternak atau pemelihara babi yang mati dan tidak membuang sembarangan agar perlu diberi subsidi atau insentif. Hal itu merupakan salah satu upaya mencegah penyebaran wabah yang mematikan tersebut.

Pakar virologi dari Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang Andrijanto H Angi, Senin (30/1/2023), mengatakan peningkatan kebersihan (biosekuriti) kendang dan pengawasan lalu lintas perdagangan babi yang ketat sangat diperlukan. Hal itu bisa mencegah penyebaran virus ASF sehingga kematian babi bisa ditekan.

Upaya jangka pendek, kata Andrijanto, sangat diperlukan melokalisir penyebaran virus dari babi yang telah mati (bangkai) dan diduga kuat akibat virus ASF. Langkah tersebut diperlukan karena babi yang mati masih bisa menjadi media penyebaran virus ASF. Meskipun, virus ASF tersebut tidak berbahaya terhadap manusia.

“Tidak sedikit babi yang mati tersebut dibuang begitu saja di tempat terbuka atau juga yang masih menjualnya kepada pengumpul untuk dijual daging secara eceran,” ujar doktor jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Untuk itu, tegasnya, bagi peternak yang tidak sembarangan membuang atau tidak menjual lagi babi yang sudah mati dan menguburkannya maka perlu diberi insentif atau subsidi. Menguburkan babi yang mati akibat virus ASF itu merupakan pencegahan yang sangat bagus.

“Ada peternak yang membuang sembarangan karena kecewa kehilangan babi rata-rata Rp 5-7 juta per ekor. Jadi kalau ada pengumpul yang datang hanya membayar Rp 2 juta saja maka babi tersebut tidak dikubur,” ujarnya.
Jadi, lanjut Andrijanto, insentif yang diberikan sebagai penghargaan atas peternak yang dengan sukarela menguburkan bangkai babi. Upaya tersebut diharapkan mencegah penyebaran virus ASF.

Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan (Kadisnak) Kabupaten Sumba Timur Yohanis A. Praing mengambil langkah preventif dengan menghentikan sementara lalu lintas ternak babi dari luar Sumba Timur.

“Kami meminta warga untuk tidak membeli ternak babi, daging babi dan produk olahannya dari wilayah yang belum diketahui status kesehatan ternak dan produk olahannya,” ujar Yohanis pekan lalu.

Dia juga meminta masyarakat proaktif memberikan informasi kepada petugas jika ternak babi mereka sakit. Petugas Dinas Peternakan sudah diminta siaga untuk memeriksa sekaligus bisa mengambil sampel darah babi setelah mendapatkan laporan dari masyarakat. [KNTT/SP]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*