Jakarta, SP – Pelaku industri minuman alkohol menyambut momentum akhir tahun (Natal 2022 dan Tahun Baru 2023/Nataru) dan optimistis permintaan akan meningkat dibandingkan tahun lalu. Permintaan terus meningkat sejak pertengahan tahun 2022 lalu.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor Minuman Indonesia (APIDMI) Ipung Nimpuno menyatakan permintaan minuman alkohol di akhir tahun ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan saat pandemi. Sebetulnya tidak hanya di akhir tahun saja, kata dia, di pertengahan tahun ini permintaan minuman alkohol sudah lebih baik. Kondisi permintaan alkohol sudah pulih 80%-90% dibandingkan tahun saat pandemi. Hal ini didorong tidak adanya lagi pembatasan mobilitas masyarakat dan dibukanya tempat wisata.
“Kalau bisnis impor minuman alkohol tergantung dari tempat hiburan, objek pariwisata. Saat ini outlet sudah buka lebih leluasa dan pergerakan masyarakat relatif lebih bebas,” ujarnya seperti dilansir Agrifood.
Permintaan minuman alkohol, diakui Ipung, akan naik signifikan di area tertentu seperti Bali dan Jakarta. Di Bali, permintaan bisa naik dua kali lipat karena banyak didatangi turis. Perihal prospek bisnis di tahun depan, Ipung agak khawatir dengan suasana tahun politik yang biasanya dibarengi dengan kondisi keamanan yang kurang baik. Dia berharap agar pemerintah menjaga kondisi agar suasana tetap aman.
Sementara itu, Kontan melaporkan, dua produsen minuman beralkohol yaitu PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk (BEER) dan PT Hatten Bali Tbk (WINE) siap melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada awal 2023.
Sebagai informasi, BEER akan menawarkan sebanyak-banyaknya 800 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 10 per saham. Jumlah saham IPO ini setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Jobubu.
Jobubu menetapkan harga penawaran dalam kisaran Rp 200 per saham-Rp 220 per saham. Jadi, target dana IPO ada di kisaran Rp 160 miliar-Rp 176 miliar. Sementara WINE menawarkan sebanyak 678 juta saham atau sebanyak 25,02% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Hatten Bali setelah IPO Nilai nominal saham WINA berada di Rp 50. Harga penawaran umum perdana saham WINE adalah Rp 100 per saham–Rp 150 per saham. Jadi, WINE berpotensi meraih dana sebesar Rp 67,8 miliar–Rp 101,7 miliar.
Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, prospek kinerja BEER dan WINE akan terdorong oleh momentum libur Natal dan tahun baru. “Musim libur nataru diidentikkan dengan festival dan biasanya ada tradisi dengan didampingi minuman beralkohol, festival seperti ini menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan pendapatan,” kata Nico.
Dia menambahkan, sentimen pendukung di tahun depan berasal dari sektor pariwisata yang semakin aktif. “Harga yang murah dengan penggunaan dana hasil IPO dominan untuk ekspansi membuat saham BEER dan WINE ada prospek,” ujar Nico.
Namun, Nico menyarankan investor juga perlu exit strategy jika sewaktu-waktu ada regulasi yang membatasi minuman beralkohol di Indonesia. Karena dampaknya akan sangat merugikan bagi emiten minuman beralkohol. Adapun tantangan terbesar datang dari regulasi bisnis. Jika RUU minuman beralkohol jadi undang-undang maka akan jadi sentimen negatif bagi kinerja emiten. “DPR masih mengkaji RUU larangan minuman beralkohol di Indonesia yang menuai pro-kontra,” imbuh dia.
Dikatakan , persaingan emiten cukup ketat. Saat ini, ada dua emiten minuman beralkohol di Bursa Efek Indonesia yang telah memiliki pangsa pasar. Kedua emiten ini adalah PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Namun, jika BEER dan WINE memiliki competitive advantage, prospek bisnis akan positif. Seiring berjalannya waktu, investor pun akan berminat di saham-saham ini. [AF/SP]
Leave a Reply