
JAKARTA, SP – Gaya hidup menggunakan gadget handphone berlama-lama ataupun duduk di kursi dalam jangka waktu panjang sudah menjadi kebiasaan. Hal ini menyebabkan sejumlah generasi muda kerap mengalami sakit pegal yang biasa disebut ‘remaja jompo’.
Dokter rehab medik RS Atmajaya, Nelson Sugiyono menyebutkan saat ini anak muda hingga para pekerja aktif kerap mengeluhkan keram dan rasa sakit pada leher hingga pinggang karena postur yang tidak tepat. “Kebiasaan hidup modern dan pekerjaan membuat sebagian besar anak muda berjam-jam sehingga menyebabkan nyeri. Menunduk melihat handphone atau duduk dalam waktu lama di kursi,” ujar Nelson, Jumat (14/3/2025) di Ruang Rehab RS Atmajaya Pluit, Jakarta Utara.
Dia menyarankan kepada anak muda dan para pekerja kantoran yang kerap menggunakan gadget dan duduk dalam jangka waktu panjang agar melakukan pergerakan untuk menghindari nyeri pada pinggang dan leher.
“Duduk di kursi yang baik untuk menyangga tulangnya, kaki menapak di lantai, tegak, setiap 30-40 menit biasakan stretching dulu. Kalau lebih dari 40 menit pada posisi yang sama pasti terlalu konsentrasi dan menyebabkan nyeri,” paparnya.
Untuk membantu menangani keluhan yang kerap dirasakan remaja jompo hingga cedera para atlet olahraga, Nelson menyebutkan pihaknya mengembangkan pusat rehabilitasi bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan.
Bertempat di RS Atmajaya Lantai 7 Fransiskus Bagian Rehabilitasi Medik dan Hemodialisa, terdapat berbagai peralatan dari SW Rehabilitation Centre mulai dari treadmill, penyangga pinggang dan leher, hingga tempat tidur dengan berbagai tali untuk merenggangkan bagian tubuh.
“Disini kita melakukan rehabilitasi saraf dan tulang belakang bagi yang merasa nyeri pada tubuh tertentu seperti leher, kepala, pinggang, hingga otot. Biasanya mereka yang mengalami struk atau saraf kejepit,” kata Nelson.
Dengan berbagai peralatan rehabilitasi SW, diharapkan dapat membantu pasien ke arah percepatan penyembuhan dan meningkatkan kekuatan otot-otot. “Ada stimulasi sensorik ke sendi dan saraf. Kita minta pasien kontraksi otot memberi getaran agar otot lebih baik. Melatih pergerakan. Pasien struk, saraf kejepit, nyeri lutut. Biasanya di-rontgen dulu, dilihat nyerinya seperti apa. Kita ada walk in therapy, hingga pemijatan massage untuk memperlancar pergerakan otot dan peredaran darah,” pungkasnya.
Sementara itu, CEO RS Atmajaya Edward berharap kerja sama dengan SW dari Korea dalam bidang rehabilitasi medik semakin meningkatkan kesehatan para pasien. “Therapist leader SW Korea ini sudah melatih para fisioterapi kita. Enam fisioterapi sudah kita kirim latih ke Korea, dan kini sudah bisa melayani para pasien dengan beragam keluhan menggunakan alat khusus yang sudah disediakan,” kata Edward.
Edward menjelaskan banyak pasien di atas 50 tahun baik BPJS dan non BPJS yang memberikan pelayanan rehabilitasi medik. “Selama ini terapi konvensional. Kalau sekarang menggunakan alat khusus. Pasien mendapatkan ekstra terapi. Ada perbaikan layanan untuk pasien. Kita ada dokter spesialis neuro, kemudian injury tulang ke dokter ortopedi dan jika dibutuhkan mendapatkan rehab medis,” tambahnya.
Jeffrey selaku perwakilan SW Rehabilitation Centre menyebutkan pihaknya berkolaborasi dengan RS Atmajaya karena ada potensi kebutuhan peningkatan kualitas rehabilitasi bagi para pasien. “Ini merupakan metode baru perawatan rehabilitasi dengan standar internasional. Berbagai peralatan kita lakukan kustomisasi sehingga menyesuaikan dengan karakteristik pasien Indonesia,” kata Jeffrey. [CF/SP]
Leave a Reply