
JAKARTA, SP – Perbaikan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) proyek liquified natural gas (LNG) atau gas alam cair abadi Blok Masela masih terus dilakukan. Pada Agustus 2024 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) kembali menggelar sidang lanjutan komisi secara terbatas untuk membahas perbaikan dokumen lingkungan tersebut.
Saat itu, sidang komisi penilai lanjutan amdal dilaksanakan secara hibrid yang dihadiri SKK Migas dan Inpex Masela Ltd sebagai pemrakarsa proyek gas alam cair abadi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Selain itu, dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya, perwakilan dari Pemerintah Pusat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta sejumlah wakil masyarakat di wilayah yang terdampak langsung.
Senior Manager Communication and Relations Inpex Masela Ltd Puri Minari, seperti dilansir Antara menyatakan, sebagai operator proyek lapangan gas abadi di wilayah kerja Masela pihaknya telah memulai penyusunan dokumen amdal setelah memperoleh persetujuan revisi rencana pengembangan atau plan of development (POD) dari Pemerintah Republik Indonesia pada 2019.
Penyusunan dokumen amdal ini perlu dikaji sebaik mungkin sebelum di tetapkan. Hal ini terkait dampak beroperasinya Blok Abadi atau Blok Masela di Provinsi Maluku tepatnya di Wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Penjabat Bupati Kepulauan Tanimbar Alwiyah Fadlun Alaydrus, kepada rri.co.id, mengatakan dirinya yakin pihak Inpex telah mengurus persyaratan dan penilaian terkait amdal tersebut.
“Sebagai Penjabat Bupati, saya sangat berharap agar pihak Inpex juga dapat mengakomodir tanggapan dan masukan dari LSM maupun masyarakat Tanimbar di dalam dokumen RKL dan RBL,” kata Alaydrus, awal September 2024 lalu.
Ia menegaskan agar sebelum ada Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, Inpex harus menyampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar sehingga dipastikan keabsahan pendapat dan tanggapan dari masyarakat Tanimbar dalam rangka pembobotan penyusunan dokumen lingkungan amdal.
Gabriel GS selaku Direktur Institute for Research, Consultation and Information of International Investment (IRCI) memberi apresiasi atas langkan pemerintah pusat dan daerah terkait perkembangan Blok Masela tersebut. Namun, ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi secara komprehensif karena keberadaan dan dampak operasi Masela juga terkait dengan wilayah terdekat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Aktivitas ekonomi Masela diharapkan tidak semata untuk Maluku tetapi juga NTT yang selama ini menopang wilayah selatan Maluku.
“NTT bisa menjadi basis logistik yang akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan usaha Blok Masela. Kemudian, beberapa pimpinan pemerintahan dan masyarakat NTT pernah menyuarakan aspirasi sejak awal Masela digagas. Apakah kajian amdal yang sedang dibuat juga mempertimbangkan hal-hal terkait dengan NTT,” tanya Gabriel, Rabu (6/11/2024).
Dalam catatan SP, pada Oktober 2019 lalu, Gubernur NTT saat itu Viktor Laiskodat mengemukakan daerah setempat akan mendapat keuntungan sebanyak 5 persen dari pengembangan gas bumi Blok Masela di Kepulauan Tanimbar, Maluku pada 2025. Bahkan dia mengklaim disetujui Presiden Joko Widodo terkait bagi hasil untuk NTT.
“Sudah ada persetujuan dari Bapak Presiden (Presiden Joko Widodo) dan Pak Menteri ESDM Ignasius Jonan bahwa 10 persen keuntungan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah Maluku dibagi dua dengan NTT mulai 2025,” katanya.
Sebelumnya, Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni pernah menyuarakan kepentingan NTT terkait Blok Masela.
Pada Juli 2024 lalu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan perkembangan 4 proyek strategis nasional (PSN) di hulu minyak dan gas bumi (migas) yang masih terus dikebut. Empat proyek tersebut menelan investasi US$ 32,47 miliar atau sekitar Rp 487 triliun. Total kapasitas produksi untuk proyek tersebut yakni sebesar 140 ribu barel per hari (bopd) untuk minyak dan 4.256 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) untuk gas.
Salah satu dari empat PSN itu adalah Blok Masela. Kemudian yang lainnya adalah BP Tangguh UCC, Asap Kido Merah Genting Oil Kasuri, dan Indonesia Deepwater Development & Geng North. [SP-04]
Leave a Reply