Manggarai Barat – Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin menyoroti rendahnya akses air bersih dan sanitasi yang berkorelasi dengan kemiskinan ekstrim dan stunting (kekerdilan). Kemiskinan ekstrim di 35 kabupaten pada 2021 ditandai dengan penduduk yang tidak memiliki akses air minum layak. “Angkanya berkisar antara 4,48 persen sampai dengan 97,21 persen,” kata Wapres saat membuka acara Asia International Water Week (AIWW) ke-2 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin (14/3/2022).
Wapres mengatakan penurunan prevalensi stunting juga sangat terkait dengan ketersediaan sanitasi dan air bersih yang memadai. Akses air bersih dan sanitasi yang baik mengurangi banyak penyakit bagi ibu hamil, bayi, dan balita. “Padahal 1.000 hari pertama kehidupan sangat menentukan kualitas fase-fase berikutnya. Penyediaan air bersih menjadi salah satu intervensi yang dapat berkontribusi sebesar 70 persen terhadap pencegahan stunting,” ujarnya.
Untuk itu, kata dia, pemerintah berkomitmen memanfaatkan tata kelola air bersih yang cukup dan berkelanjutan. Program tersebut di antaranya, membangun 61 bendungan selama periode 2015 hingga 2025 untuk mengoptimalkan pemanfaatan air. Selain itu, pembangunan 1000 bendungan kecil atau embung, serta fasilitas lainnya mendukung irigasi, ketahanan pangan, serta pengelolaan air berkelanjutan.
“Dan yang tidak kalah penting, meningkatkan akses terhadap air bersih bagi rumah tangga. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan pada 2014 akses rumah tangga terhadap air bersih sebesar 68 persen kemudian meningkat hingga mencapai 90 persen pada 2020,” Wapres.
Wapres berharap di forum tersebut dapat menghasilkan terobosan mengatasi masalah air di Asia. Dia juga meminta dukungan dari anggota World Water Council untuk Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum Ke-10 pada 2024.
Dalam kesempatan itu, Ma’ruf Amin memprediksi setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air (water scarcity) pada 2025 mendatang. “Diperkirakan di tahun 2025, setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air atau water scarcity. Di tahun 2030, sekitar 700 orang dapat mengungsi karena kelangkaan air lebih lanjut,” kata Ma’ruf.
Ma’ruf turut mengutip data Unicef pada tahun 2040 satu dari empat anak di seluruh dunia akan tinggal di daerah sulit air bersih. Sebagai rumah bagi 60 persen populasi dunia, kawasan Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia. Ini membuat ketersediaan air per kapita terendah di dunia.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB ke-8 Ban Ki-Moon menjadi pembicara kunci dalam AIWW ke-2 menerangkan pentingnya air di tengah situasi perubahan iklim global. Air bersih menjadi kunci tindakan manusia menghadapi perubahan iklim. Terlebih berdasarkan studi terbaru PBB terdapat peningkatan 1 persen suhu dunia dan 7 persen populasi dunia akan terganggu.
“Atas hal ini kebijakan kota harus dibuat secara holistik dan berkelanjutan untuk kelola sumber daya air,” jelasnya seperti ditulis Antara.
Ban Ki Moon menegaskan krisis iklim telah memberi peringatan dan dampaknya bisa lebih bahaya dari pandemi Covid-19, khususnya bagi kemanusian. “Akses air bersih ini sudah menjadi persoalan dunia dan dampaknya diprediksi lebih parah dari Covid-19,” tegasnya. [SP-02]
Leave a Reply