
SURABAYA, SP – Sentra produksi tahu di Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menghadilkan limbah cair sekitar 1.260 m³ atau setara 1.260.000 (1,2 juta) liter per hari. Persoalan ini mulai diatasi melalui program Kampung Pangan Bersinar (Berwawasan Lingkungan, Higienis dan Tenar) dan instalasi pengolahan air limbah (Ipal) Komunal.
Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Tulus Laksono menyatakan pengelolaan limbah pabrik tahu di Jombang, Jawa Timur, akan mampu memperbaiki kualitas air Sungai Brantas. Untuk itu, pihaknya bersama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang juga Subholding Gas Pertamina dan pemerintah daerah setempat berkolaborasi membangun instalasi pengolahan air limbah (Ipal) Komunal untuk mengelola limbah pabrik tahu di Jombang.
“Sentra tahu Jombang dipilih oleh KLH untuk dibantu karena laporan dari DLH Jombang untuk mencari solusi pengelolaan limbah dan memperbaiki kualitas air Sungai Brantas,” katanya dalam keterangan di Surabaya, Selasa (16/9/2025).
Ipal yang dibangun akan menampung limbah dari 88 pabrik tahu di Kecamatan Jogoroto yang setiap hari mengolah 84 ton kedelai dan menghasilkan limbah cair 1.260 meter kubik atau setara 1.260.000 liter per hari dengan kandungan biological oxygen demand (BOD) mencapai 4.200 kilogram per hari.
Melalui pengolahan dengan ipal komunal, kadar BOD berhasil ditekan secara signifikan menjadi hanya 960 kilogram per hari sehingga kualitas limbah yang dihasilkan lebih ramah lingkungan dan sesuai standar pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PGN Rachmat Hutama menuturkan usaha berbasis tahu merupakan produk unggulan masyarakat Jombang sehingga dukungan penguatan pada sisi lingkungan diharapkan menjadi nilai tambah bagi kualitas tahu khas daerah ini.
Tak hanya pembangunan ipal, kegiatan berwawasan lingkungan lainnya pembangunan kolam fitoremediasi yang memanfaatkan air hasil olahan limbah tahu sebagai irigasi pertanian. Selain itu, pengolahan eceng gondok menjadi pupuk, energy shifting dari kayu bakar menjadi menggunakan gas bumi dan pengumpulan minyak jelantah.
“Upaya kolaboratif ini diharapkan dapat menjadi langkah kongkrit untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendorong kemandirian ekonomi dan mengembangkan potensi lokal,” ujar Rachmat.
Peletakan batu pertama program Kampung Pangan Bersinar dan Ipal Komunal dilakukan Selasa (16/9/2025). Pendekatan yang digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA), metode sistematis untuk mengevaluasi dampak lingkungan dan menentukan langkah optimal.[PR/SP]
Leave a Reply