
BOGOR, SP – Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) mendorong kaum wanita untuk terus memperjuangkan politik nilai dalam membangun bangsa ini. “WKRI peduli terhadap pendidikan nilai dan karakter bangsa. Terkait dengan kontribusi membangun bangsa, kami menekankan pentingnya memperjuangkan politik nilai, seperti nilai kejujuran, kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai luhur lainnya yang mampu mengangkat harkat martabat kemanusiaan,” papar Ketua Presidium DPP WKRI Justina Rostiawati dalam acara talk show bertema “Membangun Kesadaran Berbangsa, Apa Andilku” , di Aula Pusat Pastoral, Keuskupan Bogor, Minggu (28/5).
Lebih lanjut, mantan Komisioner Komnas Perempuan ini menyatakan, WKRI tidak alergi pada politik. “Selama politik tersebut berangkat dari nilai-nilai universal, mendorong terciptanya kesejahteraan umum, itu baik. Asalkan jangan berorientasi pada kekuasaan semata,” tandasnya.
Diungkapkan, WKRI yang pada tahun depan, genap berumur 100 tahun, di awal pendiriannya juga memperjuangkan kesejahteraan umum.
“Saat itu aktivis perempuan yang kemudian mendirikan WKRI berjuang, bernegosiasi, melobi para pemilik pabrik untuk memperhatikan kesejahteraan buruh. Ini sudah mengandung muatan politik, tapi politik nilai. Dalam konteks berbangsa saat ini, kami minta para anggota WKRI yang mengemban amanat menjadi pejabat ataupun legislator untuk mempraktikkan politik nilai, dan menjaga 4 pilar kebangsaan yakni NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bineka Tunggal Ika,” ujar Justina.
Anggota DPR RI, Adian Napitupulu mengapresiasi langkah WKRI yang telah menerapkan politik nilai dalam perjalanan bangsa ini. “Ada politik kekuasaan dan politik nilai. Politik kekuasaan berorientasi pada keterpilihan menjadi legislator atau pejabat. Agar kekuasaan yang dimiliki bermanfaat bagi rakyat, politik tersebut harus mengacu pada nilai kebenaran, keadilan, keberpihakan pada kaum marginal,” tukasnya.
Dia berharap para wanita berani menyuarakan kebenaran. “Berani menyuarakan kebenaran, memperjuangkan keadilan bagi yang teraniaya merupakan bentuk politik nilai. Seperti pada kasus perdagangan orang yang viral terjadi di Batam, kita bisa mengekspresikannya membela korban dengan berbagai cara, membuat film, video, dan cara positif lainnya. Jadi tidak mesti melalui kekuasaan,” tegasnya.
Kegiatan yang merupakan kerja sama WKRI DPD Keuskupan Bogor dan Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Keuskupan Bogor ini juga bertujuan meningkatkan partisipasi wanita untuk berkontribusi pada bangsa. “Kontribusi wanita untuk pembangunan bangsa ini, sangat dibutuhkan. Diharap, kita mampu mengisinya dengan nilai-nilai yang benar dan baik, serta berguna bagi masyarakat,” imbuh Ketua Presidium WKRI DPD Keuskupan Bogor, Bernadetha Yudarini.
Secara terpisah, Heriyanto Soba selaku Sekjen Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) PMKRI memberi apresiasi atas inisiatif yang dilakukan WKRI dan Kerawam Keuskupan Bogor. Semua warga NKRI dan seluruh elemen bangsa tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan politik. Untuk itu, memberi nilai dan kualitas pada politik tersebut sangat diperlukan sehingga apa yang menjadi tujuan bangsa ini bisa terwujud.
“Kegiatan dan edukasi seperti ini perlu lebih rutin dilakukan. Kaum milenial juga perlu lebih banyak dilibatkan agar semakin mengimplementasikan politik nilai,” ujar Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Bogor Raya yang aktif sosialisasi pangan sehat ini. (IH)
Leave a Reply