
Oleh : Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB dan Anggota Komisi Xi, DPR-RI
Target pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun 2045, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, adalah 7% per tahun. Untuk mencapai visi “Indonesia Emas 2045”, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ini diperlukan untuk meningkatkan pendapatan per kapita dan kualitas hidup masyarakat indonesia. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan seperti dua sisi mata uang.
Satu sisi membutuhkan dukungan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, nikel, baja dll. Jika dieksplorasi akan merusak alam. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan perlu pembangunan berkelanjutan atau ekonomi hijau. Konsep ekonomi hijau menjaga kelestarian lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa ditawar. Indonesia telah memilih pertumbuhan berkelanjutan dan ekonomi hijau. Ini berarti memilih menjaga kelestarian alam. Hal ini dapat diketahui melalui pernyataan Presiden Prabowo yang tegas berkomitmen memajukan energi terbarukan dan beralih ke ekonomi lebih hemat energi. Untuk ini, Presiden telah membetuk Satgas Tansisi Energi -Ekonomi Hijau (Satgas TEH).
Ekonomi hijau adalah ekonomi yang didorong investasi pemerintah dan swasta, dengan tujuan mengurangi polusi dan emisi karbon, meningkatkan efisiensi sumber daya dan energi, serta mencegah kehilangan jasa ekosistem dan keanekaragaman hayati. Fokus utama ekonomi ekonomi hijau dan pertumbuhan berkelanjutan adalah penggunaan energi yang efisien, teknologi ramah lingkungan, dan inovasi enengi mutakhir dengan tetap menjaga keberlanjutan. Untuk membedakan ekonomi hijau dari sistem ekonomi lainnya, modal alami dan jasa ekologis dianggap sebagai nilai pembeda.
Runnals (2011) menyatakan pembangunan berkelanjutan adalah dasar dari kebijakan ekonomi hijau. Kebijakan ini muncul dari pertemuan para pemimpin dunia di Yohannesburg pada tahun 2002, yang meminta perusahaan di seluruh dunia menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Sedangkan, pertumbuhan keberlanjutan merupakan hasil kerja ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, tanpa mengabaikan pemenuhan kebutuhaan ekonomi generasi mendatang. Menyeimbangkan dan memenuhi kebutuhan antargenerasi saat ini dan generasi masa mendatang (Brudland, 1987). Jadi, tugas generasi sekarang meminimalisasi kehilangan sumber daya alam. Mencegah kerusakan lingkungan dan menjaga sumber daya alam dengan teknologi ramah lingkungan. Banyak negara di dunia dalam berbagai pertemuan global, berkomitmen mempercepat transisi ke energi terbarukan, mengurangi emisi karbon dan mempromosikan energi berkelanjutan.
Problematika
Beberapa tahun terakhir telah menjadi masa sangat dinamis dan menantang, tetapi juga merupakan masa yang penting bagi kemajuan ekonomi, terutama setelah Covid 19. Untuk membantu pemulihan ekonomi setelah Covid 19 maka pemerintah, Bank Indonesia, dan otoritas kebijakan terkait telah menerapkan berbagai kebijakan menjaga stabilisasi ekonomi. Tujuannya mendorong ekonomi Indonesia bangkit dari krisis.
Hasilnya selama lima tahun terakhir, ekonomi Indonesia telah melakukan kinerja yang luar biasa, tumbuh rata-rata 5,03%. Kinerja ini didukung tren penurunan inflasi, rasio utang luar negeri terhadap PDB, dan peningkatan ketahanan sektor keuangan terhadap perbaikan iklim usaha dan investasi. Di sisi lain kerusakan lingkungan akibat eskplotasi bahan baku masih terus terjadi.
Menurut Fauzi (2004), dua tantangan utama menghadang pembangunan ekonomi: memenuhi kebutuhan pembangunan, dan melakukan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan. Pada akhirnya, pembangunan ekonomi yang bergantung pada sumber daya alam jika tidak mempertimbangkan kelestarian, akan berdampak negatif pada lingkungan karena daya dukung sumber daya alam dan lingkungan terbatas.
Konsumsi energi yang berlebihan, perubahan iklim, dan kehilangan keanekaragaman hayati adalah masalah besar. Selain itu, ketimpangan sosial-ekonomi, pengelolaan sumber daya alam tanpa memelihara alam, juga merupakan masalah besar bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam kondisi seperti ini, perubahan kuantitas sumber daya alam sering terjadi, dan bahan-bahan produksi dari alam akan berkurang. Di saat yang sama investasi membutuhkan sumber daya modal dan bahan baku.
Sementara metode ekonomi yang digunakan belum berkembang. Jumlah tenaga kerja meningkat, tetapi sedikit orang memahami teknologi karena kekurangan pendidikan. Akibatnya, kerusakan lingkungan menjadi kompleks dan menimbulkan berbagai masalah, seperti pencemaran, deforestasi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Terus meningkatnya laju deforestasi, menyebabkan hilangnya hutan dan risiko bencana alam. Pencemaran udara, air, dan tanah, dengan limbah domestik dan industri menciptakan masalah baru dan melemahkan peran alam sebagai penyanggah ekonomi.
Di pesisir pantai terjadi kerusakan terumbu karang, ancaman spesies langka, dan perubahan iklim.
Data BPS menunjukan laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar per tahun, menyebabkan hilangnya sekitar 21% dari 133 juta hektar hutan, 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan. Hingga kini berbagai masalah di atas menjadi problematika pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang belum terselesaikan.
Jalan Keluar Pertumbuhan Berkelajutan
Ekonomi hijau atau pembangunan berkelanjutan sudah digagas sejak zaman Maltus, dan menjadi perhatian para ahli lainnya. Model pembangunan ini menekankan pada sustainability. Diawali kekwatiran Maltus, konsep ekonomi hijau lahir. Cikal bakalnya pada 1798, ketika Malthus mulai merasa kwatir terhadap ketidak seimbangan antara pertumbuhan penduduk, ketersediaan lahan dan pangan.
Konsep ini kemudian terus dikembangkan dan digaungkan.
Saat ini banyak negara di Eropa yang sukses mengimplmentasikan ekonomi hijau, sala satunya Belanda. Negara kincir angin ini mengalihkan paradigma ekonomi dari pembangunan ekonomi neoliberal menjadi ekonomi hijau atau pembangunan ekonomi berkelanjutan. Belanda menerapkan ekonomi hijau pada sektor energi biru, menanamkan modal pada berbagai jenis teknologi tanpa emisi karbon, menjauhkan industri dari limbah berbahaya.
Hasilnya ekonomi Belanda tumbuh dari 0,1% tahun 2023 menjadi 0,6% pada tahun 2024. Dari beberapa indikator menenunjukan ekonomi Belanda kuat dan jauh dari resesi. Pada sektor pertanian hingga saat ini, negeri ini menduduki urutan kedua dari sisi ekspor di bawah Amerika Serikat. Nilai ekspor pertanian tahun 2017 berkisar antara 92 milyar Euro atau 113.5 miliar dolar AS. Keunggulan Belanda salah satunya karena keteguhan memilih ekonomi hijau sebagai dasar meningkatkan kekuatan ekonomi. Meniru Belanda, saatnya Indonesia beralih pada ekonomi hijau dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan.
Ekonomi hijau memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
Pertama; ekonomi hijau selalu mengedepankan kebijakan-kebijakan ekonomi yang berasis kelestarian lingkungan alam.
Kedua; ekonomi hijau mendorong peningkatan pendapatan nasional, mensejahterakan masyarakat, dan menjaga pertumbuhan keberlanjutan. Dalam melaksanakan produksi, ekonomi hijau mengoperasikan teknologi yang tidak melahirkan masalah dan ramah lingkungan
Ketiga; ekonomi hijau memproduksi barang yang sama seperti ekonomi pada umumnya. pilihan-pilihan konsumennya pun sama, demikian juga faktor-faktor produksi yang tersedia. Namun tidak menyebabkan polusi dan emisi karbon.
Kempat; ekonomi hijau mewujudkan barang-barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen, di samping menentukan faktor-faktor di hulu yakni eksplorasi bahan baku yang tidak mengabaikan lingkungan, tetapi juga menjaga bahan-bahan hasil produksi di hilir untuk tidak merusak lingkungan.
Kelima; ekonomi hijau mampu memperbaiki mutu kehidupan tanpa merusak ekosistem. Ekonomi hijau memiliki keunggulan penggunaan sumber daya alam dengan pengelolaan yang ramah lingkungan.
Keenam; dengan berinvestasi pada energi terbarukan, memberi ruang baru penciptaan lapangan kerja baru, pada bidang-bidang terkait energi terbarukan, seperti bidang tekonologi, industri otomotif, industri alat-alat pertanian, dan pangan.
Ketujuh; merubah kegiatan ekonomi yang dipraktekan selama ini, terutama pada sektor pertanian tradisional yang rendah produktivitas dan tidak efiesien melalui penggunaan teknologi hijau menjadi lebih produktif.
Dengan berbagai keunggulan di atas marilah kita berpaling dari sistem ekonomi yang dianut selama ini. Menuju ekonomi hijau, sebagai jalan keluar menuju pertumbuhan berkelanjutan. Mencapai kemakmuran sambil terus memelihara alam. ***
Leave a Reply