
BOGOR, SP – Modernisasi segala bidang hingga dampak kemajuan teknologi sangat mungkin melahirkan budaya negatif, antisosial, hedonisme, diskriminatif, dan perilaku buruk lainnya. Untuk itu, kaum muda harus menyikapinya secara bijak yang dilandasi nilai-nilai Pancasila.
Demikian rangkuman pandangan dari sejumlah pihak terkait Hari Lahir Pancasila 1 Juni yang dihimpun tim SP, Rabu (31/5/2023) dan Kamis (1/6/2023).
Baca : Sebanyak 83% Siswa SMA di Empat Kota Ingin Pancasila Diganti
Ketua Bidang Pendidikan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) DPD Keuskupan Bogor, Pauline Yunia mengatakan tantangan hidup yang dihadapi kaum muda sangatlah kompleks pada era digital ini. Untuk itu perlu sikap yang bijak agar bisa meminimalisir dampak negatif.
“Kaum muda sangat rentan terkena dampak teknologi. Jika tidak bijak memanfaatkan kemajuan teknologi, bisa berdampak buruk pada mental dan perilakunya,” ujarnya di Depok, Jawa Barat.
Akibat buruk lainnya, sambung Pauline, kaum muda bisa luntur dalam menghayati nilai-nilai kemanusiaan. “Nilai-nilai kemanusiaan tercantum dalam Pancasila, karena itu jangan gentar diterapkan,” ujarnya seraya menekankan pentingnya memaknai Hari Lahir Pancasila.
Baca : Ahmad Basarah: Dunia Mengakui Pancasila sebagai Ideologi Internasional
Dia melanjutkan, dalam konteks berbangsa, partisipasi kaum muda dalam Pemilu menentukan arah bangsa ini. “Jadi, berpartisipasilah, itu bagian dari sila keempat Pancasila. WKRI juga menjadikan kaum muda sebagai fokus pendampingan, terutama pendidikan karakter,” katanya.
Divisi Media Damai Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Bogor, Benedictus Nando mengajak kaum muda untuk terlibat aktif dalam masyarakat. “Jangan takut dicibir, sok tua, ketika kita terjun dalam masyarakat. Kita harus berani menyuarakan nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, toleransi di tengah masyarakat,” kata pemuda 26 tahun itu.
Dia mengungkapkan, beberapa waktu ini, pihaknya gencar melakukan kegiatan lintas iman yang melibatkan kaum muda. “Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran kaum muda akan pentingnya toleransi, selain memupuk semangat kebangsaan, dan melestarikan Pancasila,” tukasnya.
Senada dengan itu, Ketua Presidium WKRI DPD Keuskupan Bogor, Bernadetha Yudarini meminta kaum muda mempelajari sejarah berdirinya Pancasila. Pemahaman sejarah Pancasila akan menumbuhkan kecintaan pada bangsa dan Pancasila sebagai pandangan hidup.
“Kami melakukan bakti sosial di berbagai tempat, memberi penguatan psiko sosial bagi korban gempa Cianjur, menjalankan program menanam pohon demi lingkungan hidup yang hijau, dan melakukan berbagai seminar kebangsaan, wujud kepedulian kami pada negeri,” pungkasnya.
Baca : Menuju Riset Berbasis Pancasila
Sementara itu, Sekjen Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) PMKRI Heriyanto Soba menekankan sudah saatnya mengajak kaum muda Katolik terlibat aktif dalam berbagai kehidupan sosial kemasyarakatan. Hal itu menjadi arena pembelajaran dan implementasi nilai Pancasila secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Selain tantangan perkembangan teknologi, dia mengakui ada kekhawatiran atas timpangnya memaknai Pancasila dari generasi muda Katolik dalam berbagai tingkatan. “Ketimpangan itu bisa diatasi dengan semakin banyak mengajak kaum muda terlibat langsung. Bukan sekadar seremonial, tetapi partisipasi secara utuh. Ini yang perlu didukung dari seluruh elemen Katolik,” ujar jebolan pasca sarjana Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB IPB) ini.[IH]
Leave a Reply