
JAKARTA, SP – Film merupakan media yang efektif untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat. Film juga bisa digunakan sebagai alat perjuangan dan sosialisasi.
Budi Sumarno yang juga pendiri Inklusi Film mengajak penyandang disabilitas untuk tidak jera belajar tentang film dan terlibat dalam industri film. Banyak peran yang bisa dilakukan dalam isu disabilitas tersebut.
“Potensi penyandang disabilitas untuk mengembangkan diri di industri film sebenarnya cukup tinggi, baik sebagai penulis skenario, kameramen, pengisi suara, bahkan pemeran sekalipun. Hanya saja mereka tidak mendapat ruang dan kesempatan yang setara seperti halnya insan film dari kalangan non disabilitas,” ungkap Budi dalam acara Diskusi Membangun Film yang Inklusif yang berlangsung di Gedung Ali Sadikin, Cikini, Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Namun, Budi minta penyandang disabilitas untuk tidak menyerah berjuang bersamanya. “Kami terus berupaya agar insan yang berkecimpung di industri film memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas untuk mengembangkan potensinya. Untuk menuju film inklusi, masyarakat dan pemerintah harus terlibat. Jangan menyerah, mari kita berjuang bersama,” ajaknya.
Diungkapkan, inklusi mengandung arti tidak membeda-bedakan. Pada konteks film, inklusi bukan hanya terbatas pada pekerja film, tapi juga terkait sarana semisal gedung bioskop dan tayangan film yang akses. “Sarana pun masih banyak yang belum inklusi,” imbuh Budi.
Acara yang dihelat Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin berkolaborasi dengan Komunitas Inklusi Film juga menghadirkan Ketua Dewan Pertimbangan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Gufroni Sakaril.
“Film yang inklusi dapat memberi informasi yang benar tentang disabilitas kepada masyarakat, dan hak penyandang disabilitas untuk berekspresi dijamin Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016,” ujar Gufron.
Sampai saat ini, film inklusi karya penyandang disabilitas baru berkisar pada film pendek, dokumenter, dan musikalisasi puisi. [IH]
Leave a Reply