
JAKARTA, SP – Beras “Cahokia Rice” memiliki kandungan protein yang tinggi. Inilah keunikan inovasi dari lulusan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) yang mengukir prestasi internasional. Nama Prof Ir Herry S. Utomo, MS, PhD pun mulai dikenal dengan beras protein tinggi tersebut. Saat ini, Herry Utomo adalah profesor tetap di Louisiana State University (LSU), Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat.
Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Indroyono Soesilo menyebut riset beras berprotein tinggi dan rendah glikemik sebagai terobosan yang dapat menjawab tantangan kesehatan global. Hal itu disampaikan dalam webinar “Unlocking Rice’’s Hidden Power: A Path to World Health Transformation” di Washington pada 8 Oktober, seperti dikutip dari rilis pers Kedutaan Besar RI (KBRI), Sabtu (11/10/2025)).
“Karya Profesor Herry merupakan contoh nyata bagaimana sains dan diplomasi dapat berjalan beriringan,” kata Indroyono, merujuk pada ilmuwan Indonesia Herry S. Utomo, profesor LSU yang menjadi pembicara utama.
Indroyono menekankan riset itu menunjukkan kontribusi nyata Indonesia dalam memajukan penelitian pangan berkelanjutan dan kesehatan global. Inovasi tersebut juga sejalan dengan agenda Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam Asta Cita.
Dikatakan, Indonesia ingin menggabungkan peningkatan produksi dengan perbaikan nilai gizi guna mencapai kedaulatan pangan yang menjamin kesehatan masyarakat.
Dalam paparannya, Herry menjelaskan selama ini beras dianggap hanya sumber kalori kosong. “Padahal dengan pendekatan ilmiah, beras bisa menjadi pangan fungsional yang berkontribusi besar bagi kesehatan global,” kata Herry.
Setelah menyelesaikan sarjana di Fakultas Pertanian UB, Herry melanjutkan studi magister di University of Kentucky, kemudian meraih gelar doktor di LSU dengan beasiswa penuh. Melalui proses pascadoktoral dan seleksi akademik terbuka yang sangat kompetitif, dia berhasil menjadi asisten profesor.
Dikutip dari laman prasetya.ub.ac.id, pada tahun 2017, Herry ditetapkan sebagai profesor penuh yang tidak sekadar pengakuan akademis tertinggi, tetapi bukti integritas, dedikasi, dan produktivitas risetnya di dunia internasional. LSU pun menganugerahkan kepadanya gelar F. Avalon Daggett Endowed Professor, sebuah penghargaan terhormat kepada akademisi dengan pengaruh ilmiah dan sosial luar biasa.
“Saya tidak pernah membayangkan bisa meraih gelar profesor tetap di universitas negeri Amerika. Semua itu saya capai melalui proses panjang bukan hanya soal kecerdasan, tapi ketekunan, karakter, dan komitmen untuk terus berkembang. Jabatan ini adalah bentuk tanggung jawab, bukan semata-mata prestise,” ungkap Herry
Ia juga menambahkan bahwa setiap capaian bukanlah akhir, tetapi langkah menuju kontribusi yang lebih besar. “Saya selalu percaya bahwa setiap ilmu harus dikembalikan kepada masyarakat. Ilmu yang hanya berhenti di jurnal tidak cukup,” lanjutnya.
Salah satu inovasi monumental dari Herry adalah menciptakan varietas padi tinggi protein pertama di dunia yang dinamakan Cahokia Rice. Bersama timnya, ia mengembangkan varietas ini melalui proses mutasi alami (non-GMO), menghasilkan beras dengan indeks glikemik rendah dan kadar protein 50 persen lebih tinggi dibandingkan varietas biasa. Varietas ini telah dipatenkan dan saat ini sudah dipasarkan secara komersial di Amerika Serikat.
“Cahokia Rice bukan hanya inovasi sains, tapi juga misi kemanusiaan. Kami ingin menciptakan solusi pangan yang sehat, alami, dan dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi global, terutama protein,” ungkap Herry.
Ia menjelaskan pengembangan varietas ini memakan waktu bertahun-tahun dan dilakukan dengan pendekatan riset yang holistik, mulai dari seleksi genetik, pengujian kualitas gizi, hingga adaptasi agronomis di berbagai wilayah.
“Kami memilih jalur non-GMO karena ingin menghasilkan varietas yang bisa diterima luas oleh masyarakat, tanpa keraguan akan rekayasa genetik. Inovasi ini juga menunjukkan bahwa sains bisa bergerak sejalan dengan kearifan lokal dan kesehatan masyarakat,” tambahnya.
Beras Cahokia juga memiliki keunggulan agronomis: umur pendek, tahan terhadap penyakit jamur Pyricularia grisea, berbulir panjang, serta mampu dipanen hingga 7.560 kg/ha. Produksinya bahkan mampu menghasilkan hingga 150 kg protein murni per hektar-setara dengan 550 kg daging atau 4.500 liter susu. Jika varietas ini ditanam secara luas di Indonesia, maka dapat berkontribusi terhadap tambahan asupan protein nasional hingga 1 juta ton per tahun, atau setara dengan 3,6 juta ton daging.
Dikatakan, kehadiran Cahokia Rice dapat menjadi model bagi pengembangan varietas fungsional lainnya di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Selain berkiprah di bidang akademik, Herry saat ini menjabat sebagai Presiden Indonesian Diaspora Network United (IDN-U), organisasi yang menaungi diaspora Indonesia di seluruh dunia. Meski menetap di AS, Herry tetap menjaga keterhubungan erat dengan Indonesia. Ia rutin pulang untuk mendukung berbagai inisiatif pendidikan, terutama di daerah tertinggal seperti Papua, serta menjalin kerja sama strategis dengan universitas-universitas di tanah air.
Tak jarang, dia juga berpartisipasi dalam acara kebudayaan dan forum internasional yang memperkuat hubungan antara Indonesia dan komunitas diasporanya.
Leave a Reply