
Jakarta, SP – Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mengimpor gula kristal putih atau gula konsumsi sebanyak 991.000 ton pada 2023. Selain itu, pemerintah juga akan mengimpor gula rafinasi sebanyak 3,6 juta ton untuk bahan baku industri.
Informasi yang dikumpulkan SP, Selasa (27/12/2022), memprediksi impor bisa menembus jumlah fantastis yakni 5 juta ton. Salah satunya didorong oleh industri makanan dan minuman sejak pertengahan November 2022 lalu.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) mengatakan, impor gula ini dilakukan setelah melalui pembahasan dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) bersama kementerian dan lembaga terkait.
“(Kuota) Impor gula 500.000 ton, yang dilaksanakan 300.000 ton. Kita sudah Ratas, tahun depan impor gula kristal putih 991.000 ton,” ujarnya akhir pekan lalu.
Zulhas menuturkan, selain impor gula kristal, pemerintah juga akan mengimpor gula rafinasi sebanyak 3,6 juta ton. Hanya saja, impor gula rafinasi dikhususkan untuk industri yang memiliki spesifikasi gula tertentu untuk memproduksi makanan dan minuman. “Kalau sudah beres semuanya (proses), baru (izin impor keluar). Tapi neraca komoditas impor gula konsumsi 991.000 ton dan rafinasi 3,6 juta ton,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, kemampuan produksi pabrik gula eksisting relatif stagnan dengan rata-rata hasil produksi untuk 5 tahun terakhir sekitar 2,2 juta ton per tahun. Angka produksi tersebut masih jauh di bawah total kebutuhan gula nasional yang sekitar kurang lebih 6 juta ton, sehingga masih ada defisit gula sebesar 3,8 juta ton yang harus dipenuhi dari impor.
“Angka produksi ini masih jauh di bawah total kebutuhan gula nasional sebesar kurang lebih 6 juta ton sehingga masih ada defisit gula sebesar 3,8 juta ton yang harus dipenuhi dari impor,” katanya.
Dari asumsi pertumbuhan kebutuhan gula untuk industri makanan dan minuman, lanjut Putu, diproyeksikan meningkat sekitar 5%-7% per tahun. Seiring kenaikan pertambahan penduduk Indonesia yang meningkat setiap tahun maka pertumbuhan kebutuhan gula nasional juga turut meningkat.
“Dengan pertumbuhan kebutuhan gula nasional yang semakin meningkat, maka pada tahun 2030 diproyeksikan kebutuhan gula nasional akan mencapai 9,81 juta ton. Kami terus berupaya agar dapat memfasilitasi investasi pengembangan dan pembangunan pabrik gula baru maka akan ada kekurangan gula di dalam negeri sebesar 7,13 juta ton,” ucapnya.
Pekan lalu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan industri makanan dan minuman (mamin) terancam gulung tikar. Pasalnya, menurut dia para pelaku industri mamin kesulitan mendapat pasokan bahan baku utama berupa gula rafinasi. “Kelangkaan gula rafinasi jadi berulang kali permasalahannya karena terlambatnya penerbitan persetujuan pengadaan (impor),” kata Hariyadi.
Dikatakan, kondisi stok gula rafinasi di industri mamin saat ini mulai meresahkan alias sangat tipis persediaannya. Karena itu, ia minta pemerintah segera berbenah diri dengan mempercepat birokrasi perizinan impor gula rafinasi.
“Kalau ini juga tidak cepat dilakukan izinnya (impor), kita khawatir industrinya akan tutup. Tutupnya karena enggak ada bahan baku,” ujarnya. [AF/SP]
Leave a Reply