JAKARTA, SP – Kementerian Koperasi (Kemkop) dan UKM meresmikan Pusat Layanan Usaha Terpadu-Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM) di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Kehadiran PLUT ini dimaksudkan untuk menyiapkan UMKM di Batam menjadi bagian dari pengembangan UMKM ekspor.
Ditegaskan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki, Batam menjadi bagian dari ekosistem perdagangan dengan negara tetangga. Batam berpotensi untuk UMKM menjadi window menuju pasar global. KemenKopUKM menjadikan Bali sebagai Hub Timur, dan di wilayah Barat ada di Kepri tepatnya di Batam, yang akan dibuat dengan konsep yang berbeda.
Salah satunya juga menerapkan konsep mirroring, di mana event atau program yang ada di Singapura, juga dilakukan di Batam, Kepri. Mengingat Singapura menjadi benchmark kegiataan promosi produk UMKM di Batam. “Letaknya strategis, Batam menjadi window pasar global. PLUT difungsikan untuk melakukan pendampingan, mengakses pembiayaan, pelatihan SDM dan pengembangan model bisnis. Khusus packaging, Presiden sampai detil menaruh perhatian ke packaging UMKM,” ungkap Menteri Teten dalam acara peresmian Gedung PLUT-KUMKM Kota Batam, Kepri, Kamis (31/3/2022).
Hadir pula dalam peresmian tersebut, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman, Walikota Batam Muhammad Rudi, dan Wakil Walikota Batam Amsakar Achmad.
Tak hanya itu, Menteri Teten turut menyaksikan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Pemerintah Kota Batam dengan Alfamart, Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASITA), dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Serta penyerahan fasilitas pendanaan UMKM dana bergulir Pemerintah Kota Batam, KUR dari Bank Riau Kepri dan KUR dari Bank Jatim.
MenKopUKM menegaskan, terkadang kekuatan ekonomi UMKM yang porsinya hingga 99 persen, dengan kontribusi lapangan kerja 97 persen sering dilupakan. Bahwa sektor ekonomi justru didominasi oleh UMKM. “Di negara maju, yang paling banyak diserap adalah sektor mikro. Namun kekurangan kita produk UMKM nya masih kurang berdaya saing,” kata Menteri Teten.
Bahkan di Jepang dan China, UMKM tidak berusaha sendiri-sendiri, tapi ikut dilibatkan dalam rantai pasok global, tergabung dalam industri besar. Dalam Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker) akan ada insentif bagi usaha besar yang berkolaborasi dengan UMKM. “Jadi Pak Walikota Batam, jika ada investor besar masuk, harus digandeng UMKM nya. Ini wajib dalam Undang-Undang Ciptaker,” tegas Teten.
Tidak cuma itu, masalah oleh-oleh juga menjadi perhatian di Jepang. Potensi ekonominya dinilai sangatlah besar. “Kalau kemasan jadul (jaman dulu) akan dibantu oleh PLUT disiapkan pendampingan. Karena sayang, di Batam banyak makanan enak tapi tidak dikemas menarik. Kemasan ini harus kita dandanin. Jangan melupakan kekuatan UMKM yang menjadi support system sektor pariwisata,” tegasnya.
Pemerintah menargetkan 30 juta UMKM onboarding digital, saat ini sudah hampir 18 juta. Sisanya 12 juta UMKM bisa didorong dari pelaku usaha yang ada di PLUT untuk masuk ke marketplace. “KemenKopUKM juga sudah ada SMEsta.id di sana terdapat UMKM yang siap ke pasar global, serta disediakan investor untuk melakukan business matching,” terang Menteri Teten.
Kekuatan ekonomi yang dibangun melalui UMKM lanjutnya, bisa menciptakan 2 juta lapangan kerja serta mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 1,7 persen secara nasional. “Tanpa investor hanya dengan mendorong UMKM masuk e-katalog saja bisa memberikan dampak signifikan bagi ekonomi negara,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Walikota Batam Muhammad Rudi menuturkan, pasca diresmikan, PLUT KUMKM Batam diharapkan akan banyak usaha kecil yang menyiapkan usaha. Kehadiran PLUT dipercaya membantu segala hal yang menjadi masalah KUMKM di Batam.
Rudi juga antusias menyambut mulai dibukanya border Singapura besok. Di mana Singapura akan membebaskan warga negaranya ke mana pun dan menerima warga negara manapun ke Singapura tanpa karantina.
“Batam meraih pendapatan dari dua sumber utama, yaitu industri dan pariwisata. Jumlah penumpang saat pandemi hanya mencapai 3 ribuan, per hari ini tercatat ada 10-11 ribu masuk ke kota Batam atau naik 200 persen. Apalagi kalau warga Singapura masuk, kunjungan mancanegara hampir 2 juta sebelum Covid, nasional sebanyak 6 juta, maka akan ada 8 juta yang ditargetkan bisa berkunjung ke PLUT KUMKM,” sebut Rudi.
Diakuinya, pendapatan Pemkot Batam banyak berasal dari jasa wisata, dengan adanya stimulasi pembukaan border Singapura dan pengembangan PLUT setidaknya bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi Batam yang saat ini sudah tumbuh sebesar 4,75 persen, atau lebih tinggi dari nasional yang mencapai 3,6 persen.
Pengusaha kerajinan macrame Batam, Elvianti berharap PLUT bisa menjadi packaging center. Karena masalah kemasan , UMKM bisa kalah bersaing dengan produk impor. “Kalau pun ada kemasan biasanya kami ambil dari luar Batam. Tetapi itu biayanya menjadi lebih mahal, sehingga tidak efektif dan efisien,” keluhnya.
Konsultan PLUT bidang SDM Marlina Ramli menambahkan, perlunya ditambah skill bagi para tenaga pendamping dalam mengembangkan UMKM melalui PLUT. “Support dari pemerintah sangat kami butuhkan, untuk bisa menjalankan kegiataan PLUT ke depan,” pintanya. [EH]
Leave a Reply