Jakarta, SP – Meskipun sudah mulai reda, kelangkaan minyak goreng membuat kepanikan secara nasional. Sejalan dengan itu, perlu berbagai upaya agar produk turunan minyak kelapa sawit bisa dioptimalkan untuk menekan harga minyak goreng.
Ada sejumlah produk turunan dari minyak kelapa sawit (CPO) untuk pangan dan kebutuhan industri lainnya. Bahkan, limbah dari kelapa sawit ternyata bisa diolah untuk sejumlah keperluan yang mempunyai nilai ekonomi. Salah satunya adalah palm acid oil (PAO) yakni hasil sampingan dari proses penyulingan minyak kelapa sawit. Sebagian besar kandungannya didominasi free fatty acid (FFA) diatas 50% dan minyak netral, dengan kelembutan 2-3% serta zat sisa lainnya. Produk ini memiliki kemiripan dengan palm fatty acid distillate (PFAD).
Informasi yang diperoleh menyebutkan kegunaan utama dari PAO sebagai pakan ternak, bahan pembuatan sabun dan untuk produksi distilled fatty acid. Produk yang dikenal dengan minyak kotor (miko) tergolong langka produksi di negara-negara Eropa. Hal itu karena minyak kelapa sawit Malaysia dan Indonesia disuling dengan proses fisik yang menghasilkan lebih PFAD dibandingkan PAO.
Data yang dihimpun Limbahnews.com dalam empat tahun terakhir mencatat ada sejumlah pelaku usaha terkait dengan PAO atau miko tersebut. Mulai dari Sumatera Utara (Medan), Kepulauan Riau (Dumai), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur hingga Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Umumnya perusahaan-perusahaan tersebut mengambil PAO dan melakukan ekspor.
“Rata-rata hanya diambil dari kolam limbah kemudian disaring lalu dimasukan dalam drum penampung. Umumnya diekspor,” ujar Yayat yang juga bagian riset Limbahnews.com.
Dalam sebuah rilisnya pada Maei 2020, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) memberikan apresiasi kepada para pelaku usaha agribisnis Gorontalo yang dapat menambah daftar ragam komoditas ekspor baru di tengah masa pandemi Covid-19.
Saat itu, Gorontalo mengekspor PAO ke China dengan total sebanyak 201 ton senilai Rp 1,2 milyar. Jumlah ekspor perdana tersebut masih kecil dibandingkan yang sudah dilakukan beberapa perusahaan di Sumatera dan Kalimantan. Apalagi, PAO ini sebenarnya hasil sampingan yang cukup banyak di sentra-sentra pengolahan CPO.
Pada Agustus 2021 lalu, Kantor Bea Cukai Pekanbaru, yang melayani ekspor perdana 185.260 ton PAO oleh PT Mitra Agrinusa Sentosa melalui Pusat Logistik Berikat (PLB) PT Surya Inti Primakarya. Ekspor tujuan ke Johor, Malaysia itu dimuat dalam sembilan container (flexibag). Dengan kegiatan pelayanan ekspor ini, diharapkan IKM/UMKM juga dapat memperluas pemasaran produknya di kancah internasional. [SP-03]
Leave a Reply